Tampilkan postingan dengan label Ico Pakai. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ico Pakai. Tampilkan semua postingan

Kamis, 10 Maret 2016

ICO PAKAI ADAT TIGO LUHAH SEMURUP-KERINCI



ADAT YANG EMPAT 

Adat terdiri dari empat macam yaitu:

1.        Adat sebenar adat
2.        Adat yang teradat
3.        Adat yang diadatkan
4.        Adat istiadat

1.      ADAT YANG SEBENAR ADAT
Adat yang sebenar adat yaitu adat yang berdasarkan atas Al-Qur’an dan Hadist (syarak). Adat yang bersendi syarak, syarak bersendikan kitabullah. Yang sah di pakai, salah di buang. Menurut adat syarak mengato adat memakai. Yakni adat yang berdasarkan agama, yang sesuai dengan negara kita pun berdasarkan agama, seperti tertulis dalam pancasila yaitu ketuhanan yang maha esa.
Yang sebenar adat itulah yang dikatakan, terpahat di bendul jati, yang terlukis ditiang tengah yang tidak lapuk karena hujan, tidak lekang karena panas, tidak boleh diasak, tidak boleh di anggu, diasuk mati dianggu layu.
Biar bersilang pedang di padang, beribu batu panarungan
Parit terbentang menghalangi, tertegak pagar yang kokoh
Berdinding sampai ke langit, bersilang pedang di leher
Hinggo leher telago bangkai, hinggo pinggang telago darah
Namun adat tidak boleh diasak
Adat tidak boleh diasak, pusako tidak boleh diubah. Adat jangan diasak orang lalu pusako jangan dirubah orang nempuh

2.      ADAT YANG TERADAT
Adat yang teradat yaitu adat yang berasal dari buatan nenek moyang kita dahulu, yang telah dipakai secara turun menurun, dan sebagian besar berasal dari alam minang kabau.
Menurut adat: undang-undang turun dari minang kabaru, teliti mudik dari banda jambi, adat yang empat datang alam Kerinci bertemu di Bukit Jumbak, Bukit Jumbak berimbun besi. Contoh buataan-buatan nenek moyang kita seperti cupak yang duo, adat yang empat, negeri yang empat, undang yang empat, kato yang empat

3.      ADAT YANG DIADATKAN
Adat yang diadatkan yaitu adat yang dipakai disetiap negeri. Adat sepenjang jalan, cupak sepanjang betung, lain lubuk, lain ikan, lain padang lain belalang, adat datar, pusako lepeh, namun pemakaian lain-lain.

4.      ADAT ISTIADAT
Adat istiadat yaitu adat yang dibuat dengan mufakat, dirobah dengan mufakat. Pepatah adat mengatakan bulek ayi di pembuluh bulek kato di mufakat. Bulek dapat digolekkan ditempat yang data, pipih dapat dilayangkan ditempat yang licin
Sebagian daerah mengatakan adat istiadat yaitu adat jahiliah ialah adat yang sudah ada sebelum masuk agama Islam. sorak sorai orang dalam negeri, tidak ada sopan dan santun, kcik tidak hormat kepado orang tuo, yang tuo tidak kasih kepado yang mudo, yang kuat makan yang lemah. Di kalo negeri sekelam kabut, rantau sigajah bingung.



B.     LEMBAGA ADAT
                  Dalam rangka meningkatkan pembangunan disegala bidang daerah sakti alam kerinci, peranan pemangku adat mempunyai peran yang sangat penting terutama dalam hal menjaga ketertiban, mengamankan, mengayomi masyarakat. Sebagaimana adat mengatakan tugas para pemangku adat adalah mengarahkan. Mengajun, memapah, membimbing, menghilo, membentang, serto menjernihkan yang keruh, menyelesaikan yang kusut, mematut yang silang menyusun yang renggang.
                  Untuk menyelesaikan suatu permasalahan antara anak buah anak kemenakan, hendaklah dilakukan secara berjenjang naik ber tangga turun yang dikenal dengan adat yaitu melalaui lembaga (lembago).
                  Lembaga (lembago) merupakan suatu wadah pemangku adat untuk menyelesaikan suatu permasalahan antara anak buah anak kemenakan di dalam negeri yang dilakukan secara musyawarah untuk mencapai mufakat.
                  Menurut adat Sakti Alam Kerinci bahwa lembaga terdiri dari empat macam:
1.      Lembaga Dapur (Lembaga Jati)
2.      Lembaga Kurung
3.      Lembaga Negeri
4.      Lembaga Alam
     1)      LEMBAGA DAPUR 
Lembaga dapur yaitu suatu wadah tempat menyelesaikan permasalahan yang terjadi antara anak buah anak kemenakan yang masih dalam lingkungan satu depati, satu ninik mamak dan satu anak jantan.
Masalah yang diselesaikan didalam lembaga dapur menurut adat yaitu air belum beriak, daun kayu belum beringgung. Untuk menyelesaikan masalah ini maka adat memberikan kewenangan kepada Depati, Ninik Mamak, Anak Jantan. Tengganai rumahlah yang berhak memutuskan atau mendamaikan sengeketa tersebut.
Menurut adat berbunyi”Kuaso ikan kareno ideh, kuaso burung kareno sayang dan rumah bertenggganai berarti anak buah anak kemenakan masih bisa sekato tengganai, atau dikuasai oleh tengganai.
Pedoman untuk menyelesaikan suatu maslaah antara anak buah anak kemenakan didalam lembaga dapur menurut adat berbunyi” mano nge tinggi mak nyu ndah, mano nge gdang mak nyu kcik, mano nge kcik mak nyu abih.
Dapat diartikan bahwa setiap masalah yang terjadi antara anak antara anak buah anak kemenakan tidak boleh masalah itu dibesarkan-besarkan dan harus kita selesaikan dengan sebaik-baiknya oleh anak jantan tengganai rumah itu sendiri.
Dalam menyelesaikan masalah antara anak buah anak kemenakan hendaknya diselesaikan melalui lembaga dapru dengan mendudukan anak jantan tengganai rumah dengan menggunakan Mas penyelesaiannya yaitu Mas Sepetai.  Mas sepetai yaitu mas anak jantan tengganai rumah. 
2)      LEMBAGA KURUNG
Lembaga kurung yaitu suatu wadah tempat menyelesaikan masalah yang tenjadi antara anak buah anak kemenakan didalam kutung kampung dalam sautu suku / kalbu.
Adat mengatakan bahwa dikatakan Lembaga kurung yaitu “atap busanggit, mendun butumbuk, lebuh baulong samo di uni, samo tegenang samo dicauk, laman bersih samo ditempuh, anak buah anak kemenakan samo dipapah dalam negeri”.
Lingkup masalah yang diselesaikan didalam lembaga kurung, menurut adat berbunyi: lemban balu tpung tawa, luko dipampeh, mati dibangun, kundur batang sandaran bangun. Keruh ayi tegok ke hulu, nyintung ayi tingok ke maro, berarti masalah yang terjadi itu benar-benar kito mengetahui usul dengan asal, sebab dengan karno tidak bisa kito langsung menjatuhkan hukm, melainkan dikaji secara adat menurut ico pakai, ngimak cuntoh nge sudah, ngimak tuah nge menang. Disini mulai berlaku kcik bunamo, gedang bugelar, tidak bisa pula dilakukan sewenang-wenang apa kehendak emosi kita saja, seharusnya menurut adat yang ico kito pakai.
Adata megatokan:
Dulu rabat dengan butangkai
Kini lengkundi dengan bubungo
Dulu adat dengan dipakai
Kini kehendak hati dengan buguno
Untuk menyelesaikan masalah antara anak buah anak kemenakan haruslah diselesaikan dengan baik-baik yaitu atas suka sama suko. Adat mengatakan “bagi mano penydahnyo ateh mbuk samo mbuk, ateh suko samo suko”. Dalam menyelesaikan masalah ini maka Mas yang digunkan yaitu Mas Sekundi. Duduk yang dipakai Duduk Tingkat Ninik Mamak
     3)      LEMBAGA NEGERI
Lembaga negeri yaitu suatu lembaga yang tepat menyelesaikan permasalahan yang terjadi antara anak buah anak kemenakan didalam parit yang bersudut empat,di pegang purbukalo bungkan yang empat,tigo luhah isi negeri.
Masalah yang dapat diselesaikan didalam lembaga negeri yaitu masalah yang terjadi antara anak buah anak kemenakan yang berlainan suku atau kalbu,yang tidak bisa di selesaikan pada tingkat lembaga kurung. Duduk ini dikenal juga dengan duduk batang pusko artinyo tidak bu uhang bu kami, yang benar tetap   benar, yang salah tetap salah.
      Sebagai pedoman dalam melakukan penyelesaian di tingkat lembaga negeri, sesuai dengan kata adat berbunyi:
      Kalau tumbuh silang selisih bagi mano dawahnyo, kito dawah dalom batong pusko, bagi mano kajinyo tasangkut kno tabalik lpeh io membaya idak basudah, manen bunyi kajinyo bneh setingkin ampo segenggam, bah kekiri menang kekanan, alah suci menang bebeh, beruk di rimbo kno susu anak dipangku kno buang, kato pusko idak diasak, mencari sap dengen cermin (jerami), mencari tunggun dengen marwan, mencari tuneh dengen memarap, kalu idak nyado dengen sadu itu, bia sabilik mebawo padi, padi ampo, bia seguci membawo meh meh lancung.
Pengertian kata-kata adat tersebut di atas, masalah yang terjadi harus di selesaikan secara benar dan adil, yang benar itu tetap benar tidak boleh memihak atau menegakkan benang basah, yang salah tetap di hukum menurut adat walaupun yang salah itu anak kita sendiri.
      Untuk menyelesaikan masalah pada tingkat lembaga negeri di gunakan mas yang bernama mas se emas yaitu mas depati.
      Dapat pula di jadikan pedoman dalam menyelesaikan masalah pada tingkat lembaga negeri. Adat mengatakan “ tibo di perut jangan di kempih, tibo di mato jangan di picing tibo di papan jangan berentak, tibo diduri jangan singinjek, bukato jangan ngulung lidah, bujalan jangan nginjen kaki”.
      Bagi yang ikut duduk dalam menyelesaikan masalah haruslah benar-benar menegakkan kebenaran untuk mencapai keadilan, sehingga sepermasi hukum adat benar-benar dapat ditegakkan.
     4. LEMBAGA ALAM               
lembaga alam yaitu suatu wadah tempat menyelasaikan ……… anak buah anak kemenakan didalam suatu wilayah yang ……… antara negeri dengan negeri,maupun antara kecamatan
      Sebagai pedoman dalam menyelesaikan masalah menurut adat ……… adat mengatakan :’’apubilo tumbuh silang selisih mako didibawah dalom yang bu undang yaitu sari ado,sari bunamo,sari mati sari bugela,sari guntur sari kilat,sari butepuk telingo angat,sari mati bulanjo,sari butakuk,permen tanah,bukit didaki luhah diturun,kreh ditakik lunakdisudu,jingok penaki balik penurun,jingok padang di balik rimbo,jingok udang di balik batu,idak jugo sedang disitu idak buremeh bungkan diasah,idak bubreh atah dikisai,idak bukayu jenjang diengkah,pekaro ini dimajukan jugo idak jugo  sedang disitu bia terbesut ke tanah abang,tunggak kedatih bubung kebawah,lah kito tuik kito tanyo bupasirili bupadang mudik,idak jugo gsedang disitu kalu buhanyut bak air,naik balai turun mendapo,jingok masjik yang duo bleh kito takik ketanah hiang,lik bukit kajang selapak,idak jugo sedang disitu undang-undang batali galeh,teliti butali semat,dukung breh jago sangu balatak jaguk ili ku jambi jinjek semat yang duo puluh.
      Dari kata-kata adat diatas dapatlah kita tarik pengertian bahwa  masalah yang terjadi antara anak buah anak kemenakan tidak boleh dibiar kan begitu saja, maka kita selaku pemimpin harus segara menyelesaikan agar masalah tersebut tidak semakin besar,apabila kita yang salah maka kita harus mengakui dan sanggup mematuhi atau mentaati hukum yang telah dijatuh kan menurut undang-undang yang berlaku.namun apabila masalah ini atas hukum yang dijatuhkan tidak mau patuh dan tunduk maka hal ini dapat dapat dilanjutkan ketingkat yang lebih tinggi.   
class="MsoNormal" style="margin: 12pt 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify;">      Di samping itu adat kita mengatakan: tumbuh di ceupak samo di hati, tumbuh di adat samo di susuni, tumbuh dibang pusko samo di kaki, tumbuh di undang samo dikerasi, tumbuh di syarak samo di kaji.
      UNDANG-UNDANG YANG EMPAT
Menurut adat yang ico kito pakai,  bahwa undang-undang  dapat di bagi empat di antaranya:
1.      Undang Luak
2.      Undang  negeri
3.      Undang orang dalam Negeri
4.      Undang undang yang dua puluh
1.      Undang Luak
Undang luak yaitu  undang yang mengatur bahwa setiap luak ada pemimpinnya.
Adat mengatakan : Rumah bertengganai, kampung butuo, luhah bepenghulu, negeri bebatin, alam berajo.

Rumah dikuasai oleh tengganai
Kampung di kuasai oleh tuo
Negeri dikuasai oleh bathin
Alam di kuasai oleh rajo
2.      Undang negeri
Undang megeri yaitu aturan yang mengatur syarat –syarat sahnya suatu negeri.
Adat mengatakan sahnya suatu negeri yaitu ada parit terentang, ado lebuh tepiah, ado balai yang menganjung, ado mesjid yang memuncak, ado penghulu jiwa negeri, ado hulubalang tabin negeri, ado alim ulamo suluh amat terang , ayi yang amat jernih, ado kaum adat yang memegang kunci kampung dalam negeri, nge tahu jengkun pakunyo, masuk kepetang ngluakan pagi, ado pasak serto kancin, ado anak buah kembang baik dalom negeri batu nyu sah negeri itu.
Negeri diatur, disusun oleh orang tua-tua, karena baiknya suatu ngeri sangat tergantung pada kepemimpinan dari orang tua-tua yang emngarah, mengajun, membimbing, memapah, anak buah anak kemenakan didalam negeri. Terbitnya, amannya, dan makmurnya suatu anggota masyarakat sangat dipengaruhi oleh para pemangku adat di negeri itu
Ada mengatakan: iluk negeri dek uhang tuo, ramai tapain dek uhan mudo. Uhang tua penunggu dusun, kalu dio hidup tempat butuik kalu dio mati tempat basumpah.
Iluk negeri dek uhan tuo ini mengandung makna bahwa orang tuo-tuo mempunyai peran yang sangat dominan dalam hal memberikan arahan petunjuk, bimbingan, serta menyelesaikan yang kusut, menjernihkan yang keruh, mematut yang silang, menyusun yang renggang.
Ramai tepiahn dek uhang mudo, mengandung pengertian budya orang muda yang kreatif, inovatif, terampil, berpikir jauh kedepan, melaksanakan kegiatan-kegiatan yang positif seperti kegiatan olah raga, kesenian, pengajian remaja kelompok ekonomi dan sosial.
     3.      UNDANG ORANG DALAM NEGERI                        
Undang orang dalam negeri adalah suatu undang yang mengatur tentang luko dipampeh, mati dibangun, nak bubini isi adat isi pusako, nak lari tuang lemago.
Adat mengatakan bahwa undang orang dalam negeri. Salah pauk membri pampeh, salah bunoh membri bangun, salah makan dimuntahkdan, salah tarik mengembali, salah pakai dipaluhuh, sesat surut, telangkah kembali, kufur taubat, gawa menyembah, utang dibayi, piutang diterimo, buruk dibaru, kumuh disesah, patah dititut, sumbin ditempe, buruk disilih, hilang diganti, bungkuk ditarah, kesat disepaleh, harto sekutu di belah duo, jauh diulong, dekat bijingok, yang tuo dimuliokan, yang mudo dihargai, yang kcik dikasihi, adat diisi, lemago dituang, undang diturut, sakit berubat, mati dikubur, salah butimbang hukum dijatuhkan.
Kata-kata yang terdapat dalam undang uhang dalam negeri adalah merupakan pedoman bagi pemangku adat dalam mengadakan perdamaian antara kedua belah pihak atas terjadinya pelanggaran adat didalam negeri setiap yang salah itu harus dihukum dijatuhkan
   4.      UNDANG-UNDANG YANG DUA PULUH
      Menurut buku pengajian adat tigo luhah semurup, undang-udang yang dua puluh terbagi atas dua yaitu
1.      Undang-undang dua belas
2.      Undang-undang yang delapan
1)      Undang-undang dua belas terdiri dari dua macam:
1.1  Undang-undang enam dahulu
1.2   Undang-undang enam sekarang
2)      Undang-undang yang delapan
      Undang-undang yang delapan di bagi atas dua yaitu:
A.    Undang empat didarat
B.     Undang empat diair
a)      Undang –undang empat didarat yaitu:
a)      Remban butakuk
b)      Puwa menyeruak
c)      Lalang menyerumut
d)     Sepah yang melambun
b)      Undang-undang empat diair :
a)      Lapang sipangilan
b)      Layang –layang menyapu buih
c)      Beruk gedang dipeninjau
d)     Mujuk mengemba batang
Lawannyo itu empat:
a.       Berjamban-berjamban ru
b.      Tebung budengkek dengan undang
c.       Tepian bupaga baso
d.      Padang bupaga  malu
Lawannyo itu empat:
a.       Suyek melipi air
b.      Gunjing di lua koto
c.       Hasut
d.      Fitnah    
5.      Yang di katakan undang–undang enam yang dahulu yaitu menuju jalan tuduh, tuduh-tuduh uhang kemalin, tampo-tampo uhang kehilangan.
a)      Sebab anting jatuh enggang terbang gurun layu gajah nempuh
b)      Berjalan basah-basah
c)      Berjalan beregeh-regeh (bergegas).
d)     Dibawa pikat, dibawa langau
e)      Keno isik keno miyang.
f)       Ado orang membawa burito.
Apabila terdapat tanda tersebut diatas maka orang itu harus keno tuduh menurut adat yang biasa
6.      Undang-undang enam kemudian yaitu membawo kejalan cino/sak wasangka.Datang seorang meruncing tanduk. Sibengkeh kuning cenderung mato orang banyak, nyujung nyu idak, ngepit nyu idak, sanak bukan saudara bukan, nyu ado nempuh di situ uhang ado kehilangan haruslah nyu keno tuduh menurut adat yang biaso. Atau undang-undang enam kemudian:
a)      Terburu dia tidak
b)      Terlelah dia tidak
c)      Bertemu dia tidak
d)     Tertambang dia tidak
e)      Terikat dia tidak
f)       Tertangkap dia tidak

7.      Undang-undang samun terdiri dari:
a)      Samun sidundum duman
b)      Samun sibujang duman
c)      Samun sibanti duman
d)     Samun sigajah duman
Yang termasuk inu samun yaitu pertama dengki, kedua aniaya. Menurut adat yang di katakan samun sidundum duman yaitu samun yang terjadi di tengah negeri yang gedang, sidundum tepuk dengan pekik se iyak-iyak dengan buih, sekato tuo dengan mudo, sembunyi bujang dengan gadih, tuolah sianu itu mati anjing.
Samun sibujang duman yaitu samun yang terjadi antara negeri dengan negeri, antara pelak-pelak yang berjumbuk, antara banja yang berjilo panjang, antara jalan panjang dengan jalan pandak, tuolah samun sibujang duman.
Samun sibanti duman yaitu samun yang terjadi antara sesap degen beluka, antaro rimbo dengan melawo, antaro bukit dengen tinggi, antaro padun dinge padin,apabilo bertemu rumput yang lindu darah yang terpancang  bangkai yang tersulik, langan yang meranggang, tuo yang samunsi banti dumah.
Samun sigajah duman yaitu samun yang terjadi ditapak selulung rimbo balung, gung ajo batu baradamai,situlah tanah lebih idak bubagih, situlah uhang mauk idak mampeh,situlah membunuh idak membangun kalu pauk baleh dinge pauk,kalu membumuh baleh dinge membunuh,kalu tikan baleh dengen tikam,sapu dengen jantan ambek baleh, sapu dengen butino lahi situ.

URAIAN TEMBO PEMAKAIAN DI TIGO LUHAH SEMURUP[1]

            Baramulo kami mulai menyusun ico pakai adat lamo pusako usang di Tigo Luhah Simuhut, dilingkung Payung keturunan Koto Payung Semurup Tinggi beserto dengan Keturunan Gunung Sati Talang Melindung tanggal tigo puluh bulan duo seribu seratus tujuh (3-2-1107). Tatkalo lah selesai mengarah dengan mengajun ilo dengan bentang, wateh dengan bateh, rinteh rimbo nge mulawo, rumah gedang celak piagam, lah di uni sko lah di junjung, arah ajun lah tentu, wateh dengan bateh lah tahu, rinteh rimbo dengan mulawo lah nampak, barulah kami duduk busamo-samo, dengan hati yang suci, muko yang jernih, antaro kami duo keturunan satu asal satu keturunan Kuto Payung Semurup Tinggi dengan Gunung Sati Talang Lindung untuk menentukan pegangan kami masing-masing beserto mengelanokan arah dingen ajun dilingkung wateh dengan bateh di Tigo Luhah Simuhut.
            Inilah susunan tertib kagedong skonyo beserto mengelanokan arah dingen ajun di Tigo Luhah Semurup pegangan masing-masing kami:
1.     Sigumi Nan Tujuh[2] memegangkan titah nan sati dirumah Rajo, rumah pesusun Tigo luhah Semurup
2.      Dipati nan batigo[3] memegangkan perintah dengan keramat, arah dengan ajun, wateh dengan bateh, rinteh rimbo dingan mulawo dilingkung Tigo Luhah Simuhut.
3.      Pemangku Nan Baduo[4] memangkukan titah nan sati dari Rajo, menyampaikan kato dingan kuramat, kepado anak butino dalam di Tigo Luhah Semurup berjalan meringan kaki, berkato melangsing lidah, suaro dingan nyaring jauh di jeput, dekat dipanggin, duduk busamo mintak diawai
4.      Ninek Karamenti yang selapan[5] memegangkan gawi dengan karjonyo, mengelanokan titah nan sati, mengerjokan perintah dengan kuramat di Tigo Luhah Semurup
5.      Anak Batino dalam, mengelanokan arah dingan ajun, menghunikan rumah gedang Pencelak Piagam, batungku jarang, bapiuk gedang, balapik liba

            Inilah roboknyo kagedongyo masing-masing duo keturunan satu asal satu keturunan di Tigo Luhah Semurup salah satu antaro Sigumi Nan batujuh yang duduk berundin dingan dipati nan butigo di rumah Pesusun Tigo Luhah Semuhut di rumah Balai Adat yang Munganjung yolah Sigumi Nan Butigo;
1)      Sigumi Tanah Jambi, kagedongnyo satinyo menguraikan ico pakai adat lamo pusako usang, diolah yang menentukan gawe dingen kerjonyo menyambut kato dalam berunding, menimbang dawah sedang butingkah, setelah undin lah seluku, katolah mufakat barulah Sigumi Tanah Jambi memberi berito kepado saudaronyo yang duduk diruang rumah rajo nan didalam. Beritolah sampai, kato lah jleh, barulah Sigumi Tanah Jambi menyerahkan Jato dingan burumbak, cerpuk dingen sati kepado Mangku Rajo Tuo tando Titah Rajo lah Jatuh.

2)      Sigumi Kudrat, kagedongyo satinyo yang menghat kato dalam mufakat, membulatkan undin sedang butingkah, membuun dio mti, bakato kato mti, kato sipatah idak barubah, kato tiucap idak diulang, kato digeggam idak mengungkai, namun undin tetap bulat, duduk tertib bakato dio supan, memegangkan keris dengan sati itu titah dari Rajo
3)      Sigumi Dubalang Bungsu, kagedongnyo yang memegangkan Dubalang Rumah Karjen nan Sati di Rumah Pasusun Tigo Luhah Simuhut. Diolah yang duduk mengembangkan dado, basilo menyilangkan kaki memandang matonyo jalang memisahkan mendah dingan musuh, memimpin Rajo sedang barunding.

            Inilah susunan tertib kagedongnyo sko dilingkung keturunan Tigo Luhah Simuhut, artinyo Sko Sati, artinyo Pusako Kuramat
Pegangan sko :
            Sko memegangkan rumah Celak Piagam, tembo keturunan, tembo tanah, wateh dengan bateh, rinteh rimbo dingen melawo, lantak idak guyang, cermin idak kabu, ico pakai idak buranjak, bakato dio mati, babuun dio meti sejak dulu sampai sekarang

Undang-undang menjunjung sko tunggu warih
ü  Hilang ninek timbun mamak, hilang mamak timbun punakan, sko idak dinamokan turun, sko dinamokan timbun dingen sendirinyo menurut sati keturuna. Dingen namo sko tidak buleh direbut, idak pulo di raih, namun sko nan sati tetap timbun

Artinyo sko tunggu warih
ü  Hilang ninek timbun kemamak, hilang mamak timbun ke punakan, hilang tuo buganti mudo, hilang tubuh timbun badan, inilah yang dinamokan sko tunggu warih
Undang-undang lahong Ico Pakai Adat Lamo Pusako usang di Tigo Luhah Semuhut .
1.      Undang-undang lahong dipegang sigumi nan tujuh, yang menjalankan titih dari rajo
2.      Meh lahongnyo dipegang depati nan Batigo di tigo luhah Simuhut
3.      Menerbitkan meh lahongnyo, dipegang ninik mamak karamenti nan silapang
4.      Meh lahong dibebankan kepada anak butino dalam, tidak ado breh atah dikisai, tidak bukayu jenjang dingkah, idak nyado dirumah kimak kubawah, namun lahong terbit jugo. Kalau meh lahongnyo nyado nia turunlah kebawah idak jugo dapat, mako meh lahongnyo dibebankan kepada sko salah satu penghulu Depati yang butigo untuk membayarnyo, karno anak butino lah tipijak digunung ahang lah tipijak gunung kapo, namun lahong tetap ditebit namo sko tetap ditabin, kcik mak ado namo, gedang mak ado gla namun adat idak rusak, lambago idak sumbing, ico pakai mak nyu nyalo, gadang mak nyu abih, kcik idak kami tibun namun adat tetap dipegang, sarak jadi peduman ico pakai tetap dijalan, nyato diareh, terang dialam, namun hutang tetap dibaya, namun duso tetap ditubat.

            Mulai orang menamokan undang-undang lahong
            Tatkalo maso dulu, dendam idak sudah samapai keturunannyo, hati bangih baleh membaleh, intip menjadi-jadi, anak butino dingan tinayo, yang bagak dingan diateh, yang burmeh dingan mnang, yang lemah membayar hutang. Adat dipegang lah lemah, syarak peduman idak dijalan, ico pakai lah tentu idak dituhut, kampung truh ditimpo bla, anak butino hilang peduman, idak centu ujung dingan pangkan, raso nak mudik raso nak ile, kedahat salh kelembak salah, idak tentu peduman yang dipegang, inilah adat jahiliyah

            Yang dinamokan  lahong, yolah ulek dendam sampai keturunannyo menurut hawa nafsu sitan iblih, memegangkan adat badan suranglah, tidak bupuduman dengan yang sebenarnyo adat, inilah yang dinamokan Lahong


Lahong terbagi duo bagian
I.       Lahong Rajo Depati Nan Butigo
II.    Lahong dipati ninek mamak dilingkung payung keturunan Tigo Luhah Semuhut

1.1     Lahong Rajo Depati Nan Butigo disudahkan dirumah pesusun Tigo Luhah atau dirumah Balai Adat Yang menganjung;
1.2     Lahong Dipati ninek mamak disudahkan dirumah gedang masing-masing di Tigo Luhah Semuhut
Lahong Rajo Dipati Nan Butigo Tigo Luhah Semuhut
1)      Menentang perintah Rajo Depati nan butigo dingan bukato kreh, bakicek cabuh, megencang lengan, mengembangkan dado menghadap rajo depati nan batigo, didalam duduk tigo luhah
2)      Anak gadih dibunting urang
3)      Anak butino titangkap basah
4)      Mengeja urang sipanjang simpang, membawo pekai dingan tajam
            Lahong yang empat ini disudahkan dirumah adat yang menganjung Tigo Luhah Simuhut, Dendo lahongnyo diterbitkan oleh Anak Inung Tigo Luhah Ijung Panjang. Kecik nyu nak bunamo, gedang nyu nak bugela, muju lalu mulintang patah, namun lahong tetap terbit (Dando Meh Sa Meh).

Lahong Depati Ninik Mamak Tigo Luhah Simuhut:
1)      Menyambut lantak Depati Penghulu dalam kampung nan batuo di Tigo Luhah Semuhut
2)      Memburu urang sampai kerumah
3)      Menepuk anak butino urang
4)      Menyencang pakaian anak bini
5)      Mengeja anak bini sepanjang jalan
            Lahong yang limo robok disudahkan dirumah gedang masing-masing di Tigo Luha Semuhut dengan dendonyo Meh Setengah Meh, diterbitkan oleh Ulu Balang dirumah gedang masing-masing di Tigo Luhah Semuhut

            Susunan tertibnyo ico pakai adat membunuh kaki empat setahu Depati Penghulu dalam negeri, parit yang bersudut empat, inilah roboknyo Empat robok
1)      nazar
2)      kikah
3)      kurban
4)      berumanah

            Empat robok ini yolah panggilan sirih dingan parno awal dingan parno akhirnyo ado maksud dengan hajatnyo inilah yang dikatokan setahu depati penghulu dalam negeri, dendonyo meh setengah meh.

Yang tidak setahu Depati  Penghulu dalam negeri tigo robok atau tigo macam:
1)      membunuh kaki empat keadaan ternak sakit
2)      kijang masuk kampung
3)      atau kaki empat berniat untuk daging kejo uhang mati

            Tigo robok ini atau tigo macam tidak dapat panggilan sirih atau pakai parno awal atau akhir
Bangun duo bahagian:
1)      bangun disengajo
2)      bangun tidak disengajo
1.1              bangun disengajo: bangunnyo breh seratus kerbau seekor, kain sekayu idak raut dingen gunting, tidak ado dawah dingen undin, namun bangun tetap dibayar
Bangun dingen di sengajo yolah dengki khianat, dendam idak sudah, lah buniat bermaksud untuk membunuh urang menurut hawa nafsu, bangunnyo termasuk lahong
1.2              Bangun tidak sengajo umpamonyo:
1.2.1        urang mati jatuh dijenjang tanggo kito
1.2.2        urang mati naik kendaraan kito
1.2.3        urang mati didalam rumah kito
Bangun tidak disengajo dinamokan bangun musibah artinyo sudah suratan Allahuta'ala.
Bangun tersungkut undang duo bagian:
1.      Urang mati didalam pekarangan kito
2.      Urang mati didalam ladang kito atau diddalam pelak kito
Bangunnyo jatuh dtentukan oleh taliti yang sebenarnyo menurut tingkah laku urang yang tasungkup undan, baik atau jahat tingkah lakunyo selamo hidupnyo, itulah dinamo mati busebab, namun bangun tetap dibayar
Tempat menerbitkan bangun duo tempat
1) Bangun disengajo atau membunuh urang, tempat menerbitkan bangun dirumah adat balai mengajung Tigo Luhah Semurup tabuh bulentung, pedang diangkat , suaro kreh, mato jalang, kecik nyu nak bunamo, gdang nyu nak bugela, namun bangun tetap dibaya
Ado dih mulayu ngato;
      Sarih ptuh sari kilat, sati butepuk talingo bngap, nyato diareh terang dialam, anmun adat idak rusak, lambago idak sumbing, namun ico pakai tetap dijalan Anak inong Tigo Luhah Ijung Panjang
2) Bangun idak busengajo, artinyo bangun musibah, maknanyo idak disengajo malang tibo, tempat menerbitkan bangun dirumah gedang masing-masing di Tigo Luhah Semuhut, diterbitkan oleh dubalang rumah gedang beserto dingen depati ninek mamak rumah gedang masing-masing.
Luko bapampeh dua bagian
1)      Mamampeh
1.1              Yang dinamokan mamapeh yolah pauk lah tiraso ditangan, niatlah toraso dihati, bakato lah tiraso dilidah, iniilah yang dikatokan mampeh. Tidak adao raut dingen gunting, idak ado undin dawah namun mampeh tetap dibaya
2)      Dipampeh
2.1 luko dipameh yolah tidak sengajo
Yang dinamokan luko dipampeh
1)      Kujo lpeh urang mulinteh
2)      parang diangkat urang nempuh, tidak disengko malang tibo namun luko tetap dipampeh, meh luko mampeh mehnyo menurut teliti pandangan mato Diepati ninik mamak kedua belah pihak seperti : kuyak jangat, bakuak dagin, putuh urat, batakuk tulang, utangnyo separo bangun. Kawan tinayo dibuat awak, urang cacat karno perbuatan.
Disudahkan dirumah gedang masing-masing di Tigo Luhah semuruh, tidak ado raut dingan guntingnyo
Yang dikatokan lembam balu tapung tawa yolah daging nyembo kulit balu, utangnyo bereh sipinggan uang 5 sen (Rp. 2500), kalau sekironyo daging nyembu' kulit balu aka ilang pungenan jauh,masnyoi samolah dingen pampeh
Utang dendo dua parakaro
1)      Utang lahong
2)      Utang bangun
3)      Utang mampeh
4)      Utang pampeh
5)      Utang lembam balu

Inilah kagedongnyo Rajo serto Depati yang Batigo Di Tigo Luhah Semurup
1)      Sigumi Nan Batujuh memegangkan Neraco dingan adil, dungen bna tetap bena, yang salah tetap salah, dio duduk memegang titahnyo
2)      Depati nan Batigo; memegangkan adat, syarak, ico pakai kagedongnyo belain-lain.
Dipati Gumbalo sembah : memegangkan adat dinge sebena adat, babuun meti, bakato mati-mati, salah tetap salah
Dipati Simpan bumi, memegangkan hukum syarak, yang bna tetap bna, yang salah tetap salah, menurut perintah kitabullah
Dipati mudo menjalankan Undang-undang ico pakai. Yang lahong tetap lahong, yang bangun tetap bangun, yang mampeh tetap mampeh, lembam balu tepun tawa, namun utang tetap utang, kecik bunamo, gedang bugela, namun ico pakai tetap dijalan
            Mulai urang menegakkan Balai adat dingan Manganjung tanggal satu bulan duo seribu dua ratus (1-2-1200). Tempat pelabuhnyo dusun anak butino dalam dusun balai, lamo balai itu ditunggu sampai tahun tanggal duo bulan tigo seribu delapan ratus (2-3-1800) kemudian dari ini tidak disangko-sangko tibolah gempo gedang selamo limo belas hari, tidak henti-henti sampai tanah tiblah, batang ayi buranjak, dusunlah bucerai-cerai, ruamh gedang buranjak-anjak tempat, rumah adat lah rubuh untug baik panunggu rumah adat tidakkan hilang menjadi pegangan kemudian hari.
Inilah pusako penunggu rumah adat balai yang menganjung:
Penunggu karang bumbun rumah adat balai yang munganjung dingan warnanyo
(1)   hitam makna hitam tando adat
(2)   putih maknanyo syarak
(3)   abang/merah tando ico pakai, tabuh penunggu balai yang menganjung
            Semenjak rumah adat ditunggu rumah adat sangat nyalo, syarak sangat terang, ico pakai sangat jelang, setumbi idak mundur, setapak idak maju, namun ico pakai tetap dipegang, muju lalu melintang patah, namun pegangan tetap digenggam, idak lamo sudah itu, tibolah Belando kape lanat nak ngumpukan tokoh adat para ulama dirumah pesusun tigo luhah semurup, untuk melihat bendo pusako peninggalan ninek muyang kito yang ada dirumah gedang Tigo Luhah Semurup. Kemudian dari ini bujuk dapat pelitik lah keno diserahkanlah pusako petunggu karabumbun Balai Adat yang menganjung kepado Belando kape lanat, kemudian sudah itu adat mulai guyang, syarak mulai kabu, ico pakai mulai buranjak-anjak, anak butino hilang pegangan dengan pedomannyo
            Setelah sudah itu urang yang memegang adat yang sebena adat dibuang jauh-jauh yang tidak dapat dibuang lari kerimb membao adat yang sebenarnyo namun ico pakai yang sebenanyo tetap dipangku. Tatkalo itu adat mulai kacau sarak mulai bakalumak, icopakai mulang bersilang-silang, bala kampung menjadi-jadi, urang satilah mngih keramatlah marah, ngimak anak cuculah ilang pedoman.
            Tatkalo lamo sudah itu masuklah urang pakrun dari mnang kerbau, untuk menangguk aye sedang kruh, mendauh ikan sedang mauk memasuk kait adat sedang kacau, pujuklah dapat , pelitik lah kno, sesudah itu disusunlah kaji adat, antaro kito dengan urang mnang karbau dingan kato dih mulayo ngato: idak tajak kait mengenai, awak terimpit nak diateh, takurung nak dilua, kalah nak menang, idak juga sedang disitu, dukung sangu ile ke benda jambi mencari banding nak menang, nalak jalan jangan kno, nalak tungkat jangan bah, inilah kaji adat mnang kerbau, menyabung mbuh, kalah idak mau, berunding mbuh sekatai awak, katolah putuh dawa timbul, namun kalah pantang kerbau, itu tuah tanah mnang
Inilah kaji adat ura manng kerbau:
            Manih karno gulo,lmak karno santan, tegap karno tungkat, idak dipakai menjadi adat kito, idak sesuai dengan ico pakai adat pegangan ninek muyang kito, adat busendi syarak, syarak busendi kitabullah, ico pakai bersendi sunah nabi, inilah adat yang sebena adatnya dari dulu sampai sekarang, mano yang bna tetap bna, mano yang salah tetap salah, janganlah mencari banding menegakkan benang basah, awak dimakan sumpah krisetio, badan hidup dikandung sumpah, tubuh hancur dikandung duso, keturunan tinggan tituhut bla, kalau menuhut buat dingen janji, dari ninik muyang kito, adat idak buleh didalak, sarak idak buleh dicari,ico pakai jangan dibanding, ini ada sudah disusun dengan syarak sudah dipaham, ico pakai sudah diteliti, betul kato dalam adat, sah kato dalam syarak, sesuao kato dalam ico pakai,
            inilah pegangan Ico pakai adat lamo pusako usang sejak dulu sampai sekarang.
            Kami yang bersumpah dibawah ini memegang umanah dari Badu Kawo yang bergelar Mangku Rajo Tuo Dukun Tigo luhah semuhut. Pada tanggal limo belas bulan empat seribu sembilan ratus limo pulu tigo (15-4-1954).
            Uraian tembo ico pakai inilah kami pindahkan kepada sehelai kerteh payung hurufnyo nampak dan jeleh untuk pedoman keturunan kami dilingkungan Tigo Luhah Semurup, sebelumnyo uraian ico pakai ini kami pindahkan, kami sudah disumpah busamo-samo oleh mamak kami Badu Kawo Mangku Rajo Tuo
H. Muid Depati
H. Baharudin Depati
(Simpan depati)
Abu Taha Depati
Kepalo sembah
Mangku Gerak Depati
Bagindo Depati
H. Mamin depati `

H. Abdul Muthalib
Depati

H. Malano  khatib Ninnek
Mamak
Malin kerteh ninik mamak

H. Bagindo Sutan Ninek Mamak

H. Samin depati

Kami umanahkan ico pakai ini kepada saudaro kami
H. Mhd. Jamin Depati/ Mangku Rajo
            Ico Pakai yang ditulis dalam huruf arab melayu ini telah kami baca dan salin ulang dalam huruf  latin pada pada hari jum'at tanggal enam belas september dua ribu lima

ttd
Ttd
ttd
M. Aris dpt
Depati kapalo sembah
Gerahimin,Dpt
Depati Simpan Bumi
Malin Kerteh Ninik Mamak
Depati mudo

SKO TUNGGU WARIH :
Artinyo sko tunggu warih
Hilang ninek timbun kemamak, hilang mamak timbun ke punakan, hilang tuo buganti mudo, hilang tubuh timbun badan, inilah yang dinamokan sko tunggu warih